Saturday, May 19, 2012

PA1 - 04 - Tiga Pertemuan [Part 2]


Aerodactyl bergerak lebih cepat daripada motor para preman. Sehingga Axel dan Shanna dapat melihat jelas para preman bermotor itu yang berbelok ke arah dermaga Castelia yang paling ujung.
"Aerodactyl, terbanglah ke ujung dermaga," ucap Axel dan Aerodactylpun berbelok terbang melintas di atas air, jalan pintas.

Aerodactyl mendarat 10 meter di depan preman bermotor itu. Aerodactyl mengepakkan sayapnya dan membuat angin kencang yang menyebabkan motor para preman oleng. Mereka berhenti, lalu turun dari motor mereka.

"Hei kembalikan tasku!" Shanna berteriak.

"Tidak akann, gadis maniss..." jawab preman bertubuh paling besar, bos mereka. "Hei kauu, siapkann motorboatt kita," ia berbicara kepada preman lain.
"Ya, bos!"

"Sepertinya mereka akan kabur dengan motorboat itu," ucap Axel.
"Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi!!!" Shanna kembali berteriak dan berlari ke arah motorboat.

"Lucu ssekali gadiss itu," bos preman menyeringai. "Keluarlahh Gyaradosss!"

Seekor Gyarados yang terlihat mengerikan dengan luka-luka di wajahnya, menghadang jalan Shanna. Shanna melonjak kaget, dan seketika refleks menendang perut Gyarados itu dengan gerakan karate. Gyaradospun mengerang kesakitan.
"Mengesankan," gumam Axel. "Yah, mau bagaimana lagi. Gengar, keluarlah!"

Tiba-tiba seorang preman lain, sudah berada tak jauh di depan Axel. "Kau ingin menolong pacarmu, hah? Lewati aku dulu!"
" Keluarlah.. Crawdaunt dan Barboach!"

"Eeh? Ngomong apa preman ini. Dia bukan pacarku." bibir Axel tersungging.
"Aerodactyl, Gengar, bersiaplah.."

"Sudah siap, bocah berkacamata?"

"Aerodactyl, Earthquake! Gengar, Thunderbolt ke Crawdaunt!"
Axel menyerang dengan tiba-tiba dan sangat cepat. Tanah bergetar hebat dan listrik kuat menyambar. Barboach dan Crawdaunt jatuh tak berdaya.

Preman itupun terhenyak kaget. Ia tidak menyangka kedua Pokemonnya akan dikalahkan secepat ini.
"A.. Apa-apaan ini?! Pokemon macam apa itu?! Siaaaal!"

"Lain kali tidak usah bertanya apakah aku sudah siap." ucap Axel.

***

Bos preman yang melihat kekalahan anak buahnya itupun mengumpat.
"Dasarr tidak berrgunna! Hahh! Gyaradosss mengamukklahh! Hyddro Pumpp ke arahh mereka semuaa!"
Gyarados milik bos preman menggila. Air yang sangat deras diarahkannya kemana-mana.

"Shanna! Awas!"
Hydro Pump Gyarados meluncur ke arah Shanna. Dari jarak sedekat itu Shanna tidak mungkin menghindar dari serangan air Gyarados yang dahsyat itu.

Belum sempat serangan itu mengenai Shanna, Gyarados sudah tersapu oleh ombak yang tiba-tiba menghantam dari sebelahnya dan membuat ia tecebur ke air laut. Shanna selamat, hanya sedikit basah di sepatu sportnya. Semua mata disana kini mengarah ke sumber ombak dahsyat yang telah merobohkan Gyarados. Dari dalam air laut yang tak jauh dari dermaga, perlahan-lahan muncullah sosok Pokemon berwarna biru yang lama-kelamaan terlihat sangat besar. Semua terkejut dan menyadari seekor Wailord raksasa berada di depan mata mereka. Namun Wailord itu tak bergerak, hanya terdiam mengapung.

"Hahh, rakksassa! Sepertinya kita haruss pergi sekarangg! Motorboat sudah siapp?!"
"Sudah, bos!"

Dengan cepat para preman berlari lalu menaiki masing-masing motorboat mereka dan terdengar mesin menyala. Wailord raksasa tetap terdiam.

"Hei...!! Jangan pergiii...!" Shanna menyentak.

"Wailord!" terdengar suara seorang laki-laki yang mampu membuat Wailord sedikit bergerak.
"Surf!!"
Wailord menggerak-gerakkan ekornya lalu muncul ombak besar dari belakang tubuhnya. Ombak besar itu seketika menghantam motorboat para preman dan menjatuhkan mereka ke air.

Beberapa polisi tiba-tiba datang dan mulai menangkap para preman yang terlihat sudah tidak berdaya di permukaan air. Di belakang mereka terlihat seorang laki-laki yang tersenyum pada Wailord.

Axel dan Shanna mendekatinya.
"Oh, kau.." Axel mengenalinya dan mulai menyapa.
"Eeh.. Axel? Kamu yang tadi menolongku? Namaku Kavy. Terima kasih."
"Ah, tidak. Biasa saja,"

"Tasku! Aku lupa!" Shanna menyela, lalu panik. "Pasti sudah tenggelam.. Oh.. Tidak..."
"Maksudmu ini? Jellicent, kemarilah..." seperti hantu, tiba-tiba muncullah Jellicent milik Kavy yang membawa sebuah tas kecil di tangannya.
"Waaah! Tasku..." Shanna mengambil dan memeriksa tasnya. "Semua lengkap. Pokemon-pokemonku dan benda-benda lainnya masih ada. Terima kasih Jellicent. Terima kasih Kavy..."

"Kau bahkan tidak menyebut namaku? Kavy yang malah berterima kasih kepadaku," Axel berkata datar.
"Ah... Maafkan aku.. Hihi.. Terima kasih juga pria berkacamata! Haha.."
"Aku Axel! Sigh..."
Shanna dan Kavy tertawa.

***

"Pokemon Academy?!"
"Ya.."
"Tujuanku juga kesana.."
"Wah.. Aku ikut. Dari tadi aku tersesat,"
"Oke,"
"Yaaaaay! Kalau begitu ayo ke sana!"

Mereka bertigapun melangkahkan kainya ke tujuan mereka yang sama yaitu Pokemon Academy, akademi terbaik di seluruh Region Pokemon.

***

Bersambung...

PA1 - 03 - Tiga Pertemuan [Part 1]

Seekor Wailord baru saja berenang melewati kapal feri yang berada di laut selatan kota Castelia. Penumpang kapal terheran-heran saat melihat Wailord yang ukurannya lebih besar dari kapal feri itu berenang menuju pelabuhan kota Castelia.

Hal itu pun membuat heboh para pejalan kaki yang ada di daerah pelabuhan. Tak terkecuali beberapa polisi dan Ranger di sana. Baru beberapa waktu yang lalu kota Castelia telah mengalami kejadian yang luar biasa. Sejak saat itu penjagaan kota Castelia diperketat, bahkan banyak Top Ranger yang didatangkan langsung dari Ranger Union Almia untuk ikut mengamankan kota.

Tidak mau kejadian buruk terulang lagi, tiga Ranger yang sekarang ada dh sekitar pelabuhan mencoba mendekati Wailord yang sedang berenang perlahan. Mereka pun berenang cepat dengan bantuan Alomomola, Floatzel dan Lumineon. Jarak antara pelabuhan dan Wailord itu sekitar 300 meter. Para Ranger sudah tidak punya cukup waktu jika ingin menghentikan Wailord itu.

***

Para Ranger hampir mendekati Wailord itu. Keadaaan pelabuhan menjadi semakin ramai karena penduduk kota ingin menyaksikan kejadian menarik ini. Tak disangka Wailord yang berenang tenang tadi mengubah gerakannya. Wailord sedikit menyelam ke dalam laut kemudian muncul kembali ke permukaan dengan cepat. Seketika air berguncang dan gelombang besarpun terjadi. Dua Ranger yang terkejut ikut tersapu oleh ombak besar. Salah seorang Ranger dan Floatzelnya berhasil menghindari ombak itu dan dengan sigap ia mengeluarkan Capture Stylernya.

"Okay! CAPTURE ON!" Ranger itu mengarahkan Stylernya ke arah Wailord. Sebuah Disc muncul dari Styler itu dan mengeluarkan garis bercahaya yang mulai mengelilingi tubuh Wailord. Butuh waktu yang cukup lama untuk Capture Disc mengelilingi tubuh raksasa Wailord. Disc tersebut akhirnya telah mencapai punggung Wailord namun hal yang tidak diduga terjadi.

Wailord menyemburkan air dari punggungnya. BWUUZZZZZ!! Air memuncrat tinggi ke angkasa.
"Yahooooooooo!!!" tiba-tiba terdengar pula suara seorang laki-laki dari atas langit. Laki-laki itu terjun bebas bersama air lalu menendang Capture Disc sang Ranger sehingga garis bercahaya yang hampir mengelilingi tubuh Wailord itupun putus.

Laki-laki itu tercebur ke air dan beberapa saat kembali ke permukaan air. Ranger tadi dan Floatzelnya menatap heran laki-laki yang baru saja keluar dari tubuh Wailord dengan cara yang tidak wajar itu.
"Whooaaaah!! Sudah sampai! Seru sekali! Oooh.. Hai Ranger! Hari yang cerah di Unova.. Hehe.."

***

Nama laki-laki itu Kavy. Ia berasal dari Kota Pacifidlog, Hoenn. Ia berenang menggunakan Wailord dari sana hingga sampai di Castelia. Wailord yang ia bawa adalah Wailord terlatih milik ayahnya. Untuk sampai ke Unova butuh beberapa hari menyebrangi lautan. Selama itu Kavy berada di dalam mulut Wailord untuk makan dan tidur di dalamnya.

Masalah kesalahpahaman dengan pihak keamanan Castelia sudah terselesaikan. Tidak ada masalah khusus yang timbul akibat keributan tadi. Kini yang menjadi masalah adalah Kavy tersesat di tengah kota metropolitan ini. Semua bangunan yang ia lihat bertumpuk-tumpuk menjulang tinggi. Sungguh pemandangan mengerikan bagi Kavy yang berasal dari perkampungan nelayan yang cukup terpencil. Kini Kavy kelelahan. Kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, dan beberapa masalah baru ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia pun terus berjalan. Tiba-tiba kepalanya terasa berat dan penglihatannya menjadi gelap. Tubuhnya ambruk. Ia pingsan.

***

Dalam keadaan tidak sadar, tubuh Kavy kini terbaring di punggung Zweilous. Zweilous itu sedang berjalan menuju Pokemon Center bersama trainernya, Axel! Axel tidak sengaja melihat Kavy pingsan saat ia akan berangkat ke Pokemon Academy. Kini mereka telah sampai di Pokemon Center. Beberapa petugas medis di sana langsung menangani Kavy.

Axel bermaksud langsung pergi namun saat ia berjalan melewati lobby ia terdiam sejenak. Dari lobby Pokemon Center ia dapat melihat langsung Sky Arrow Bridge yang sedang diperbaiki dengan mesin-mesin besar. Ia teringat beberapa waktu yang lalu ia telah menyelamatkan kota dengan Wobbuffetnya. Setelah malam itu, keesokan harinya Axel dan Pokemonnya menjadi headline berita di berbagai media massa. Ia menjadi terkenal. Karena merasa risih akan pemberitaan yang menurut ia berlebihan dan karena reaksi orang-orang yang tidak wajar terhadapnya, Axel melakukan sedikit penyamaran dengan memakai kacamata hitam dan mengganti model rambut, dan ternyata upayanya berhasil mengelabuhi orang-orang.

Axel keluar dari Pokemon Center. Axel kembali terdiam. Ia menghela napas, lalu ia menggelengkan kepalanya. Ia merasa harus menyelamatkan satu orang. Lagi.

***

Tiga gerombolan preman pengendara motor besar sedang mengitari seorang wanita dengan tas backpackernya. Ia juga membawa tas kecil yang berisi beberapa keperluan pribadinya termasuk enam Pokeballnya. Salah seorang pengendara motor dengan tato Gyarados di lengan kanannya menyambar tas kecil wanita itu. Seorang pengendara lotor lain yang bertubuh besar dan terlihat seperti boss mereka memberi tanda untuk segera pergi. Ketiga preman itu bergegas pergi diiringi dengan teriakan wanita itu.

"Heeeyy!! Kembalikan taskuu!!" Wanita itu tidak berteriak minta tolong atau berusaha mencari bantuan.
Ia malah berlari kencang mengejar preman-preman itu sambil menenteng tas besar di punggungnya.

Axel yang melihat hal itu merasa geli.
"Gila! Wanita macam apa itu?" gumam Axel sambil mengambil salah satu Pokeballnya.
"Aerodactyl keluarlah! Maaf mengganggu tidur siangmu. Tolong aku," ucap Axel, dan dibalas Aerodactyl dengan anggukan paham.
"Terima kasih. Aerodactyl, terbang dan dekati wanita yang sedang berlari dengan tas besar di sana!"

Dengan cepat Aerodactyl sudah berada di dekat wanita itu.
"Butuh tumpangan, nona-dengan tas besar?" tanya Axel dengan agak berteriak.
"Nona? Ih. Panggil aku Shanna, wahai sang pria berkacamata!"
"Axel." ucap sang pemilik nama, datar.

Tanpa ragu Shanna menumpang di punggung Aerodactyl, dan melanjutkan pengejaran para preman.
Mereka berdua ternyata tidak sendiri. Seseorang sedang mengikuti Axel dari belakang sedari tadi.

***

Bersambung...

Friday, April 13, 2012

PA1 - 02 - Dimensi Petualangan

Hari ini adalah hari yang cukup penting bagi Shanna. Pasalnya hari ini adalah hari pertama dia untuk masuk ke dunia perkuliahan. Shanna sedang duduk di depan meja rias di kamarnya. Ia tidak berdandan, ia tidak suka memakai lipstik ataupun bedak. Di sana ia hanya becermin dan merapikan rambut panjangnya. Merasa semuanya telah terlihat sempurna, Shanna beranjak untuk mengambil sebuah koper besar dan tas kecil yang terletak di atas kasurnya. Ia sudah mempersiapkan segalanya sejak kemarin malam. Pakaian, pokeball, obat-obatan, TM hingga HM penting, berry kering, dan benda-benda pribadi lainnya sudah ia bawa. Ia telah siap.

Shanna tinggal di salah satu area perumahan di kota Ecruteak, tempat yang paling bersejarah di Johto. Shanna tidak begitu mengenal baik Gym Leader kota itu, Morty. Namun ia sangat dekat dengan Kimono Girls, para penari tradisional yang terkenal pula sebagai trainer evolusi Evee yang hebat. Ke situlah Shanna melangkahkan kakinya.

***

Shanna sampai di depan pintu bangunan besar itu. Seorang Kimono Girl bernama Zuki dengan seekor Umbreon di sebelahnya, menyapa Shanna.
"Shanna! Oh, kau terlihat cantik hari ini. Kau sudah siap pergi ke asrama rupanya.. Ayo masuk! Sini kubantu bawakan tasmu."
"Eh.. terima kasih, tidak usah. Yah.. Begitulah. Aku sudah tidak sabar lagi, Zuki,"
"Semangat sekali. Ayo aku antarkan kau ke Naoko dan nenek kami. Lewat sini."


Zuki yang diikuti Shanna berjalan ke arah lorong gelap dan menuju ruangan besar lainnya. Terlihat disana seorang wanita mirip dengan Zuki baik wajah dan pakaiannya, bersama seekor Espeon. Juga seorang wanita tua bersanggul dan berambut putih.

"Nenek Sa... Naoko.. Shanna sudah datang." ucap Zuki.
"Oh kemarilah, nak.. Kami sudah menyiapkannya..." Nenek Sa menoleh.
"Terima kasih. Maaf bila saya merepotkan nenek." jawab Shana

"Tidak masalah. Aku senang bisa membantu wanita bersemangat seperti dirimu. Uhuk.." Nenek berbicara kemudian batuk. "Naoko, tolong ambilkan 3 pokeballku."
"Baik, nek. Ini..."
"Terima kasih.. Uhuk.. Alakazam! Xatu! Gardevoir! Keluarlah!" Seekor Alakazam, Xatu dan Gardevoir pun muncul. Ketiga Pokemon itu terlihat lebih tua dari kebanyakan Pokemon pada umunya. "Naoko, kita mulai."

"Sudah siap, Shanna?"
"Ya!"

"Okay.. Espeon! Gunakan Future Sight di lantai itu!" Seketika muncullah lingkaran sihir yang bersinar di atas lantai. "Shanna, berdirilah di atasnya. Barang-barangmu bawa juga."
"Yap.."

"Espeon! Protect Shanna!" kini Shanna seperti berada di dalam bola kaca berwarna hijau.
"Alakazam! Xatu! Gardevoir! Fokuskan energi kalian pada Shanna." ucap Nenek Sa.

"Shanna, kami hanya bisa mengantarkanmu sampai di depan Pokemon Center. Maaf tidak bisa langsung ke depan gerbang akademimu." ucap Naoko.
"Tidak. Tidak apa-apa. Aku malah sangat berterima kasih sudah bisa diantar."

"Naoko, sekarang saatnya!" Nenek Sa menyela.
"Baik, nek. Sampai jumpa Shanna. Hati-hati di sana!" kata Naoko.
"Sampai ketemu lagi, Shanna. Kabari kami ya, tentang keadaan akademimu!" lanjut Zuki.
"Ya. Tentu saja. Terima kasih..."
"Alakazam! Xatu! Gardevoir! Tetap fokus!"

Tiba-tiba sebuah kilat mucul dengan cepat, menghantam energi hijau yang mengelilingi Shanna, itu Future Sight.
"Sekarang Alakazam, Xatu, Gardevoir! Teleport!!" teriak Nenek Sa.
Kilatan Future Sight kemudian berputar mengelilingi bola hijau Shanna, diikuti cahaya putih yang menyilaukan mata Zuki, Naoko dan Nenek Sa. Sekejap, Shanna telah hilang dari hadapan mereka sejalan dengan lenyapnya cahaya silau. Sungguh menakjubkan, karena Nenek Sa baru saja melakukan ritual kuno yang sudah terlupakan yaitu teleportasi proyeksi astral, teleportasi tingkat tinggi yang dapat memindahkan apapun, kemanapun, dan sejauh apapun yang kemampuan ini biasanya hanya dimiliki Pokemon Legendaris.

"Castelia, kota yang sangat sibuk. Semoga anak yang bersemangat itu bisa sukses di Pokemon Academy." gumam Nenek Sa.

***

Bersambung...

PA1 - 01 - Castelia Membara

Prologue

Sunyi. Dingin. Gelap.

Jarum jam dinding di kamar Axel menunjuk di antara angka 4 dan 5. Beberapa orang-orang di kota ini sudah beranjak bangun untuk mulai bekerja, dan Axel masih terlelap di kasur apartemennya dengan selimut tebalnya. Tidak ada yang mengganggu semua itu dan tidak ada pula yang merasa terganggu. Hingga sesuatu yang tidak pernah diharapkan, terjadi.....

KABOOOOOOMM!!!

Terdengar ledakan mengerikan yang cukup keras. Lantai dan dinding kamar bergetar hebat. Sontak Axel terbangun dan terkejut. Ia segera berlari ke arah jendela dan membuka tirai. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di sana. Ia terdiam membisu melihat cahaya kemerahan dari arah kejauhan.

Sky Arrow Bridge yang megah, terbakar.


***

Kepanikan mulai melanda warga kota Castelia. Axel yang sedang bergegas turun dari apartemen 50 lantai itu sangat ingin tahu apa yang baru saja telah terjadi. Tidak hanya dia yang merasa resah, karena banyak orang mulai keluar dari tempat tinggal mereka untuk memastikan bahwa keadaan akan baik-baik saja. Sepertinya mereka salah.

Axel melirik jam tangan digitalnya, terlihat 04:28 A.M. Langit kota Castelia masih gelap. Lampu kota yang sedari tadi menerangi jalan, taman dan orang-orang yang berkerumun itu tiba-tiba padam. Sedetik kemudian terdengar suara ledakan keras. DUUAAARRR!! Orang-orang di sekeliling Axel mulai resah dan berteriak ketakutan.

Beberapa orang mulai mengeluarkan beberapa Pokemon mereka. Charmeleon, Ampharos, Chinchou, dan Lampent mulai menerangi keadaan sekitar. Axel pun ikut mengeluarkan salah satu Pokemonnya.

"Aerodactyl, keluarlah! Tolong aku," muncullah seekor Aerodactyl yang terlihat cukup kuat.

Axel tidak bermaksud untuk ikut menerangi kota, karena ia mulai menunggangi punggung Aerodactyl untuk terbang mendekati sumber cahaya terbesar di kota saat ini, Sky Arrow Bridge yang tengah membara.

***

Hampir mendekati Sky Arrow Bridge yang terlihat beberapa bagiannya hancur, Axel yang sekarang berada di sepuluh meter di atas Pokemon Center dihadang oleh dua orang penunggang Pokemon Flying. Terlihat dua Pokemon Ranger yang masing-masing sedang menaiki Staraptor dan Unfezant.

"Maaf, Anda tidak diperkenankan untuk mendekati Sky Arrow Bridge. Terlalu berbahaya," kata salah seorang Ranger yang ternyata wanita.

"Maafkan saya, Ranger. Apa yang sedang terjadi di sini?" Axel langsung bertanya.

"Sky Arrow Bridge, diserang oleh Pokemon yang sangat besar. Kami tidak tahu Pokemon apa itu. Ia bersembunyi diantara awan gelap di atas sana," Ranger pria menjawab sambil menunjuk awan hitam di atas Sky Arrow Bridge. Awan hitam tersebut terlihat samar-samar menutupi sosok yang sangat besar.
"Sekarang lebih baik Anda turun dan menjauh dari area ini demi keselamata Anda," lanjut Ranger itu.

"Baiklah, terima kasih Ranger... Aerodactyl, ayo mendarat,"  Axel kemudian terbang lebih rendah. Terlihat  olehnya banyak mobil patroli dan polisi yang sedang berjaga-jaga dengan tetap menjaga jarak dengan Sky Arrow Bridge.

Kaki Aerodactyl hampir menyentuh tanah. Axel yang sedang memandangi awan hitam tersebut melihat cahaya kuning menyala dari dalamnya.
"Apa itu? Hyper Beam? Gawat!" Axel berteriak.
"Aerodactyl ayo terbang ke arah polisi-polisi itu! Cepat!" Aerodactyl dengan tangkas kembali mengepakkan sayap lebarnya.

Dari balik awan, muncul sebuah cahaya keemasan. Muncul sebuah serangan yang sangat dahsyat ke arah sekumpulan para polisi yang berjaga.
"Wobbuffet! Arahkan energi serangannya ke tubuhmu dan tahan sekuat tenaga! Lalu Mirror Coat!"
Seketika energi dahsyat membentur tubuh Wobbuffet. Cahaya yang sangat menyilaukan itu menyelimuti tubuh Wobbufet. Focus Sash yang terpasang di lengannya ikut menyala kemudian redup.
"Lakukan sekarang Wobbuffet!"
Sambil menahan energi itu Wobbuffet mengatur sedikit posisi berdirinya, kembali fokus lalu mulai berteriak. "Aaaarrgghhh!!!" Wobbuffet memantulkan kembali serangan dahsyat itu ke arah sumber serangan.


Tubuh Wobbuffet kemudian ambruk namun dengan segera seorang trainer menangkapnya, Axel. Serangan pantulan Wobbuffet milik Axel mengenai awan hitam. Dari cahaya energi itu, Axel dapat melihat sesosok siluet Pokemon yang tidak pernah disangkanya.

"Tidak mungkin... Arceus....? Itu Arceus!? Me.. Mengapa...?"
Awan hitam itupun terbang jauh lebih tinggi ke angkasa dan kemudian lenyap, diiringi dengan terbitnya sinar matahari hangat yang mulai menaungi kota Castelia.

***


Bersambung...